Karena kau indah di hidupku. Satu waktu dalam hidupku, kuakui, yang paling kusesali adalah melihatmu. Jika kau tanya mengapa,,,?? saat itu telah tiba dan telah tertelan dilibas masa? Ribuan kata mungkin menjejali otakku. Mungkin seandainya..., mungkin jika..., mungkin bila..., mungkin aku..., mungkin keadaannya..., dan mungkin-mungkin yang lain yang kuciptakan sendiri dalam dunia imajinasiku. Rainbowku, mengapa Tuhan menggariskan hidupku untuk melihatmu? Aku hanya sanggup mengatakan, bahwa Dia mempunyai rencana untukku. Untuk hidupku, ilmuku, pengabdianku, bahkan sampai nanti,matiku. Namamu tertulis dalam diary kehidupanku, kau ada di sebagian langkahku.
Mengapa aku menyesal melihatmu? Karena kau mampu membuat hati ini terpaku pada sisi yang tak seharusnya yang ku sebut dengan istilah kasuat-suat padamu. Kadang kurasakan memang diriku begitu mengagumimu, bahkan hingga saat ini, hingga (mungkin) kau baca semua coretan di blog ini, semoga. Aku tak pernah memungkiri bahwa rasa ini kubiarkan saja tumbuh tak pernah kucoba untuk menyianginya. Rasa ini bukan gulma, Sekuat mungkin berusaha kubenahi rasaku, berusaha ku singkirkan egoku. Bahkan kucoba buang muka di hadapmu. aku menyadari bahwa aku begitu pengecut menghadapimu, menghadapi kenyataan. Kini aku yang Terbelenggu dengan rasa, rasa yang barangkali kuciptakan sendiri. Tapi saat kusadari bahwa khayalanku di atas normal, maka kuhapus khayalan itu dari imajinasiku.
Engkau yang berjuluk wanita cantik penuh keanggunan, menawan hatiku di buai pesonamu. Hingga setiap lepas pandang yang melesat adalah detail indah dari sketsa hati dan Membawa rasa ini dalam setiap malam, untuk hati yang kini telah kehilangkan kesucianya seiring hadirnya wujud sempurna bayangmu di setiap angan. Aku yang kini terpedaya rasa mengelola setiap jatah takdir dari galau yang kadang tak beralasan, dari sisa muhasabah yang sering meinggalkan jejak penyesalan. Memungut kepingan – kepingan laku diri yang terhempas di pelataran jiwa. Membingkai secuil asa dari rajutan niat yang sering merenggangkan jejaring yang mengfilter penyakit hati. Membidik rasa dalam kesempatan. YA memang , Aku yang kalah, aku yang kini terperdaya rasa… Aku! yang ternyata tak bisa melesat cepat membawa rasa ini, hingga syetan berhasil hinggap. “Ketika prasasti sering hadir di pelupuk mata Ketika derap langkahya menggetarkan jiwa"
Comments
Post a Comment