Aku tidak bisa menolak apa-apa ketika rentang antara harapan dan kenyataan telah diisi oleh tumpukan takdir. Aku hanya memperkirakan sampai pada batas mana takdir itu akan membawa ke jalan yang telah ditentukan. Mengagumimu adalah kesempatan yang mewah yang kunikmati sendiri. Dalam diam. Di blog pun tentang mu yang paling banyak ku buat. Jika dirimu bertanya Mengapa bisa di buatkan seperti (salah satu blog ) itu ? Ku akan jawab, Sebab, melihat, mengagumi, memperhatikanmu adalah bagian dari eksistensi ruang takdir itu yang tidak bisa kutampik dan sudah terjadi. Dari sanalah aku mulai mengagumimu berhari-hari tanpa tahu apa yang bisa kutunjukkan. Kamu adalah gravitasi tersendiri dari kesenangan yang membuatku mensyukuri hadirnya rasa suka ini. Jika memang Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam, bolehkah aku minta pada Tuhanku, semoga aku tercipta dari tulang rusukmu? Dan hari ini, setelah hari itu, aku senang mengamatimu. Kau hadir memupuk kembali perasaan yang selama ini kebas.
Hari ini, kamis tanggal 13 september 2018 aku melihat dirimu, kamu sama sekali bukan halusinasi, bukan hanya imajinasi di otak, kamu nyata. Dengan mengenakan kerudung warna hitam, baju garis vertikal hitam putih dan mengenakan kacamata, aku tersenyum di belakang mu dan memandangmu dengan lekat, Ada kamu di hadapanku. " kau cantik kata hatiku " Aku sadari bahwa mengagumimu memberikan energi positif untukku, dan aku berterimakasih pada Tuhan untuk waktu yang dihadiahkan padaku. Aku masih tetap mengamatimu dari jauh, melukis garis senyummu, merekam suara manjamu. Berdoa bahwa suatu hari tangan ini berani menarikan jemari untuk menuliskan kemustahilan yang tidak bisa secara instan kamu mengerti.
Kamu tahu, Sekarang aku tak lagi sembunyi-sembunyi mencari tahu tentangmu dan tak lagi diam-diam mengamatimu. Hanya saja, aku seperti seorang fans yang hanya mampu mengamatimu, dari kursi konser kelas rendahan, memperhatikanmu berdialog. Aku pikir, beruntungnya menjadi teman-temanmu, bisa berada di dekatmu kapan saja. Hati ini tak lagi bertanya apakah seorang penggemar akan bisa mengambil hati idolanya, seperti yang ditawarkan dalam acara di TV-TV swasta. Berteriak, melambaikan tangan, menyiapkan buket bunga atau sepotong cokelat, dan ternyata keberanianku baru sebatas menuliskan namamu, memperhatikanmu, menulis di blog dan memikirkanmu saja. Sebab jiwaku kerdil. Sebab nyaliku tak seperkasa nyalimu. Aku hanya penggemar biasa, yang setelah ini juga akan pulang dan menceritakan kepada teman-temanku bahwa aku berhasil menikmati suguhan karya Tuhan.
Pada akhirnya aku hanya bisa menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul dari benakmu, mengapa aku mengagumimu, mengapa aku tidak langsung mengejarmu dan bertanya tentangmu, dan pertanyaan-pertanyaan mengapa lainnya. Sampai akhirnya aku ada di titik untuk tidak bisa lagi berpura-pura tak kagum. Titik yang aku sendiri tak mampu untuk mengartikannya dengan tegas.
Engkau yang berjuluk wanita cantik penuh keanggunan, menawan hatiku di buai pesonamu. Hingga setiap lepas pandang yang melesat adalah detail indah dari sketsa hati dan Membawa rasa ini dalam setiap malam, untuk hati yang kini telah kehilangkan kesucianya seiring hadirnya wujud sempurna bayangmu di setiap angan. Aku yang kini terpedaya rasa mengelola setiap jatah takdir dari galau yang kadang tak beralasan, dari sisa muhasabah yang sering meinggalkan jejak penyesalan. Memungut kepingan – kepingan laku diri yang terhempas di pelataran jiwa. Membingkai secuil asa dari rajutan niat yang sering merenggangkan jejaring yang mengfilter penyakit hati. Membidik rasa dalam kesempatan. YA memang , Aku yang kalah, aku yang kini terperdaya rasa… Aku! yang ternyata tak bisa melesat cepat membawa rasa ini, hingga syetan berhasil hinggap. “Ketika prasasti sering hadir di pelupuk mata Ketika derap langkahya menggetarkan jiwa"
Comments
Post a Comment