Skip to main content

Hayati, nikmati, resapi dan syukuri,,,,

Ada resah yang ingin ku bagi, namun tak ku temukan ruang kosong pada setiap hati yang ku temui. Sementara bebaris kata mengurai menjadi kalimat dalam buncahan rasa tanpa keteraturan gerak. Dan masih disini sendiri mencari tempat sandaran untuk jiwa yang galau.
Ada fragmen yang menunjukkan sisi lain tentang diri manusia. Ya, sisi manusia biasa yang tetap sedih meski dalam kamuflase senyum merekah. Tak bisa di bohongi, tak bisa di manipulasi, dan tak bisa di biarkan. Kini… rasa yang sering terabaikan itu menuntut perhatian dari sang pemilik hati, yang telah meletakkakannya dalam sangkar penghibur diri, dan mengatakan dengan enteng ; semua akan indah pada waktunya, tetaplah tersenyumlah dan nikmati imajinasimu. Diiringi resah yang mulai mencapai klimaksnya. Meski masih terpatri dalam keyakinan itu, bahwa Allah yang maha penyayang tak kan pernah membuat hambanya mengurusi urusannya sendiri. Dan pertanyaanpun mulai hadir di rendah dasar hati. Allahu Rabbi, apa yang sedang Engkau rencanakan untukku dengan hati ini? "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". (Thaha: 46)

Comments

Popular posts from this blog

Terpedaya rasa

Engkau yang berjuluk wanita cantik penuh keanggunan, menawan hatiku di buai pesonamu. Hingga setiap lepas pandang yang melesat adalah detail indah dari sketsa hati dan Membawa rasa ini dalam setiap malam, untuk hati yang kini telah kehilangkan kesucianya seiring hadirnya wujud sempurna bayangmu di setiap angan. Aku yang kini terpedaya rasa mengelola setiap jatah takdir dari galau yang kadang tak beralasan, dari sisa muhasabah yang sering meinggalkan jejak penyesalan. Memungut kepingan – kepingan laku diri yang terhempas di pelataran jiwa. Membingkai secuil asa dari rajutan niat yang sering merenggangkan jejaring yang mengfilter penyakit hati. Membidik rasa dalam kesempatan. YA memang , Aku yang kalah, aku yang kini terperdaya rasa… Aku! yang ternyata tak bisa melesat cepat membawa rasa ini, hingga syetan berhasil hinggap. “Ketika prasasti sering hadir di pelupuk mata Ketika derap langkahya menggetarkan jiwa"

Ketika kamu menangis

Ketika kamu menangis, katanya seperti hujan yang tiba-tiba turun saat matahari sedang bersinar begitu cerah. Barangkali tak seironis itu, tapi setiap jiwa punya batas rasa, kupikir. kita punya cara untuk meluapkan emosi, dan jika menangis bisa membuat kita tergerak untuk lebih baik, jika menangis, itu bukan hal yang tabu lagi. Maka Menangislah,, karena menangis itu menandakan bahwa kamu punya hati yang lembut, hati yang peka dengan peristiwa di sekitarmu,,,mudah-mudahan,,,!!

Mengamati mu dari belakang

Kemarin aku mencari tahu tentangmu dari mana saja, memperhatikan langkahmu dari jauh, mengamati gerakan bibirmu ketika sedang berbicara, membedakan mata ketika mengenakan kacamata dan sesekali ketika kamu melepaskannya, juga menyenangkan menebak warna baju apa yang akan kamu kenakan ke kantor selanjutnya. Aku tahu namamu, tanggal lahir, dan mungkin hal-hal sepele yang tidak penting untuk kamu ketahui seperti bagaimana aku mengamatimu berinteraksi dengan kawan-kawanmu Sesekali, waktu memberiku kesempatan untuk melihatmu dari dekat, tepat di depanku, "Ada kau di depanku" Kau manis, kata hatiku "Ada kau di depanku" Tersenyum membalas sapaku Kau manis, kata hatiku "Ada kau di depanku" Kau memang manis, kata hatiku tapi justru di saat seperti itu aku tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya mengendalikan perasaanku yang terlalu senang, menyembunyikannya baik-baik, dan terjebak dalam satu ruang halusinasi. di satu sisi semoga waktu cepat berlalu dan