Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2018

Namamu tertulis dalam diary

Karena kau indah di hidupku. Satu waktu dalam hidupku, kuakui, yang paling kusesali adalah melihatmu. Jika kau tanya mengapa,,,?? saat itu telah tiba dan telah tertelan dilibas masa? Ribuan kata mungkin menjejali otakku. Mungkin seandainya..., mungkin jika..., mungkin bila..., mungkin aku..., mungkin keadaannya..., dan mungkin-mungkin yang lain yang kuciptakan sendiri dalam dunia imajinasiku. Rainbowku, mengapa Tuhan menggariskan hidupku untuk melihatmu? Aku hanya sanggup mengatakan, bahwa Dia mempunyai rencana untukku. Untuk hidupku, ilmuku, pengabdianku, bahkan sampai nanti,matiku. Namamu tertulis dalam diary kehidupanku, kau ada di sebagian langkahku. Mengapa aku menyesal melihatmu? Karena kau mampu membuat hati ini terpaku pada sisi yang tak seharusnya yang ku sebut dengan istilah kasuat-suat padamu. Kadang kurasakan memang diriku begitu mengagumimu, bahkan hingga saat ini, hingga (mungkin) kau baca semua coretan di blog ini, semoga. Aku tak pernah memungkiri bahwa rasa ini kub

Gadis kerudung hitam

Aku tidak bisa menolak apa-apa ketika rentang antara harapan dan kenyataan telah diisi oleh tumpukan takdir. Aku hanya memperkirakan sampai pada batas mana takdir itu akan membawa ke jalan yang telah ditentukan. Mengagumimu adalah kesempatan yang mewah yang kunikmati sendiri. Dalam diam. Di blog pun tentang mu yang paling banyak ku buat. Jika dirimu bertanya Mengapa bisa di buatkan seperti (salah satu blog ) itu ? Ku akan jawab, Sebab, melihat, mengagumi, memperhatikanmu adalah bagian dari eksistensi ruang takdir itu yang tidak bisa kutampik dan sudah terjadi. Dari sanalah aku mulai mengagumimu berhari-hari tanpa tahu apa yang bisa kutunjukkan. Kamu adalah gravitasi tersendiri dari kesenangan yang membuatku mensyukuri hadirnya rasa suka ini. Jika memang Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam, bolehkah aku minta pada Tuhanku, semoga aku tercipta dari tulang rusukmu? Dan hari ini, setelah hari itu, aku senang mengamatimu. Kau hadir memupuk kembali perasaan yang selama ini kebas. Ha

Hayati, nikmati, resapi dan syukuri,,,,

Ada resah yang ingin ku bagi, namun tak ku temukan ruang kosong pada setiap hati yang ku temui. Sementara bebaris kata mengurai menjadi kalimat dalam buncahan rasa tanpa keteraturan gerak. Dan masih disini sendiri mencari tempat sandaran untuk jiwa yang galau. Ada fragmen yang menunjukkan sisi lain tentang diri manusia. Ya, sisi manusia biasa yang tetap sedih meski dalam kamuflase senyum merekah. Tak bisa di bohongi, tak bisa di manipulasi, dan tak bisa di biarkan. Kini… rasa yang sering terabaikan itu menuntut perhatian dari sang pemilik hati, yang telah meletakkakannya dalam sangkar penghibur diri, dan mengatakan dengan enteng ; semua akan indah pada waktunya, tetaplah tersenyumlah dan nikmati imajinasimu. Diiringi resah yang mulai mencapai klimaksnya. Meski masih terpatri dalam keyakinan itu, bahwa Allah yang maha penyayang tak kan pernah membuat hambanya mengurusi urusannya sendiri. Dan pertanyaanpun mulai hadir di rendah dasar hati. Allahu Rabbi, apa yang sedang Engkau renc

Bila esok tiba...

Bila esok tiba… ku ingin melihat wajah cerah ceria itu lagi, Menyodorkan sedikit senyuman dan berkata ; “Aku bahagia!” Bila esok tiba… ku ingin melihat tubuh tegap itu lagi, busungkan dada dan berkata : “Aku siap hadapi hari!” Bila esok tiba… ku ingin melihat mata itu lagi, penuh binar asa dan optimis, kemudian berkata ; “Aku ingin melesat mendahului bilangan waktu!” Bila esok tiba… ku ingin melihat jiwa tegar itu lagi, di hiruk pikuk gemuruh luka dan lara, kemudian berkata ; “Aku bersyukur di tiap keadaan!” Bila esok tiba… semoga selalu ada keberkahan dan ridhoNya di tiap detik, hingga lebih baik dari hari ini.

Menciptakan imajinasi

Harapan itu seperti cahaya di kegelapan, memberikan berbagai arah untuk melangkah, dengan harapan kita tak lagi jadi daun rapuh yang jatuh ke tanah dan linglung mencari rumah. Mungkin sebab itulah yang menjadikan ku lelaki dengan penuh impian dan imajinasi. impian akan hari esok yang jauh lebih baik dari sekarang, dan hari sekarang yang jauh lebih baik dari kemarin. Dengan impian-impian itulah diriku terbentuk, tanpa harus menjadikan impian itu hanya jadi imajinasi. Maka aku mulai dengan melakukan pertanyaan kecil di kepala, membiarkan pertanyaan itu tercipta. Pertanyaan semisal, bagaimana aku menggapainya , bagaimana aku memilikinya ? langkah pertama apa yang mesti dilakukan untuk menggapainya ? Lalu menyusun rencana-rencana di otak, menggoreskan segala macam cara untuk menghadapi setiap kemungkinan – baik atau buruk, disinilah aku mulai bermain dengan pertimbangan pertimbangan pada keberhasilan dan kegagalan, aku tak mau impian tentang keberhasilan membutakan, dan kegagalan men

Rainbow-ku2,,

Kemana kamu pagi ini rainbowku? diujung pagi yang cerah ini aku tak menemukan bayangmu,kemana dikau?? aku hanya perlu tahu kau baik-baik saja, Tak kau lihatkah sayap-sayapku yang kini tumbuh semakin kuat dan siap terbang melalang dari kebisuan yang selama ini menjadi penghalang? Sungguhpun begitu, ada yang tak bisa terhapus di situ. Bayangan ayu wajahmu. hasrat ingin berjumpa dikebisuan kata yang mengejakan makna. Rainbowku, ijinkan aku menjadi penyemangat hidupmu. jadikan aku satu-satunya alasanmu menapak jalan kehidupan. biarkanlah aku menjadi pelipur, di kala hatimu hancur. Ingin ku rengkuh semua kata menyusunnya menjadi bait – bait do’a, memaknai setiap deskripsi dari refleksi kebisuan ini, menghujanimu dengan butiran –butiran bening mahabbah (kecintaan). Ingin ku mekarkan kuncup-kuncup puspita di pekarangan jiwamu… menyampaikan harumnya padamu, agar senyum merekah menghisai wajah ayumu, dan puas ku lihat engkau tersenyum.

Rainbow-ku...

Bisakah aku menjadi bagian dari detakan jantungmu? Turut serta merasakan apapun yang engkau rasakan. Sungguh, untuk menyebut namamu pun aku tak kuasa, aku tak bisa, apalagi menemuimu, Ah Rainbowku... aku mencintaimu dalam kasih... dalam rindu... tidak akan ada cinta pada yang lain selain dirimu... karena kamulah MAHARAJA-ku, yang terindah di sepanjang aku mengagumimu... Untuk banyak alasan aku telah menyayangimu. Dan akan tetap ku lakukan, karena memang engkau layak untuk disayangi...Yah, itu salah satu alasan (kenapa harus ada jawaban dari setiap pertanyaan dan perlu ada alasan dari setiap pernyataan?)Alasan? Ya, alasan! Alasan bahwa aku menyayangimu, mencintaimu, dan menghormatimu. Padahal aku tahu bahwa: aku selalu punya dua kata sederhana yang sukar kucari maknanya: aku mencintaimu.