Skip to main content

Terbelenggu dalam rindu

Redaksi sudah menagih tulisanku, berharap besok akan kukirim via telegram. Harusnya sekarang aku sedang membenahi tulisan yang sedang kuedit menjadi berhuruf Abjad kemudian mengatur marginnya menjadi masing-masing dua senti. Tapi sejak tadi sore aku merindukanmu. Berkali-kali kucek IG dan masuk ke profilemu melihat poto-potomu, sesekali membaca comend dari setiap comend yang ada di potomu. satu comend yang paling ku suka dari potomu "Gadisku...senyummu harapanku". Ingin sekali ku DM dirimu di IG agar aku bisa bercakap-cakap denganmu, ah tapi itu terlalu berani. Mungkin kau takkan menyukainya lalu menertawakanku. Namun aku berpikir positif saja. Setelah aku urung chat DM, aku ingin telegram saja. Sudah kuketik kata salam, hallo, hai, met malam, tapi terus kuhapus lagi. Kupikir kau takkan sempat membalas chat ku karena kesibukanmu atau mungkin keenggananmu. Aku takut jika chat itu terbaca , kau malah justru menjadi terdakwa karena prasangka. Kuingin kau baik-baik saja. Ah kau, membuatku terbelenggu dalam rindu.
Sungguh rasa-rasanya ingin kubunuh saja dirimu agar tak nampak lagi. Tapi aku takut kau menghantuiku, ha ha aku ngelantur. Kau hidup saja sudah membuat diriku terus memikirkanmu. Aku terus mencari kabarmu dari siapa saja dan dari mana saja karena kutahu bertemu denganmu secara sengaja merupakan sesuatu yang langka. Jadi lebih baik kutahu kau baik-baik saja dan hatiku tenang daripada aku bertemu denganmu tapi setelah itu aku kesal karena ku hanya diam tak berkutik di depan mu. Meski sudah kusiapkan puluhan pertanyaan lengkap dengan struktur 5W+1H-nya, tetap saja saat berhadapan denganmu aku bisu. Aku masih bisa tersenyum melihat tingkahmu, dan ke anehanmu. Kau mudah tersenyum, nada suara manjamu yang lembut. Itulah kamu.

Comments

Popular posts from this blog

Terpedaya rasa

Engkau yang berjuluk wanita cantik penuh keanggunan, menawan hatiku di buai pesonamu. Hingga setiap lepas pandang yang melesat adalah detail indah dari sketsa hati dan Membawa rasa ini dalam setiap malam, untuk hati yang kini telah kehilangkan kesucianya seiring hadirnya wujud sempurna bayangmu di setiap angan. Aku yang kini terpedaya rasa mengelola setiap jatah takdir dari galau yang kadang tak beralasan, dari sisa muhasabah yang sering meinggalkan jejak penyesalan. Memungut kepingan – kepingan laku diri yang terhempas di pelataran jiwa. Membingkai secuil asa dari rajutan niat yang sering merenggangkan jejaring yang mengfilter penyakit hati. Membidik rasa dalam kesempatan. YA memang , Aku yang kalah, aku yang kini terperdaya rasa… Aku! yang ternyata tak bisa melesat cepat membawa rasa ini, hingga syetan berhasil hinggap. “Ketika prasasti sering hadir di pelupuk mata Ketika derap langkahya menggetarkan jiwa"

Ketika kamu menangis

Ketika kamu menangis, katanya seperti hujan yang tiba-tiba turun saat matahari sedang bersinar begitu cerah. Barangkali tak seironis itu, tapi setiap jiwa punya batas rasa, kupikir. kita punya cara untuk meluapkan emosi, dan jika menangis bisa membuat kita tergerak untuk lebih baik, jika menangis, itu bukan hal yang tabu lagi. Maka Menangislah,, karena menangis itu menandakan bahwa kamu punya hati yang lembut, hati yang peka dengan peristiwa di sekitarmu,,,mudah-mudahan,,,!!

Mengamati mu dari belakang

Kemarin aku mencari tahu tentangmu dari mana saja, memperhatikan langkahmu dari jauh, mengamati gerakan bibirmu ketika sedang berbicara, membedakan mata ketika mengenakan kacamata dan sesekali ketika kamu melepaskannya, juga menyenangkan menebak warna baju apa yang akan kamu kenakan ke kantor selanjutnya. Aku tahu namamu, tanggal lahir, dan mungkin hal-hal sepele yang tidak penting untuk kamu ketahui seperti bagaimana aku mengamatimu berinteraksi dengan kawan-kawanmu Sesekali, waktu memberiku kesempatan untuk melihatmu dari dekat, tepat di depanku, "Ada kau di depanku" Kau manis, kata hatiku "Ada kau di depanku" Tersenyum membalas sapaku Kau manis, kata hatiku "Ada kau di depanku" Kau memang manis, kata hatiku tapi justru di saat seperti itu aku tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya mengendalikan perasaanku yang terlalu senang, menyembunyikannya baik-baik, dan terjebak dalam satu ruang halusinasi. di satu sisi semoga waktu cepat berlalu dan