Mensenyumkan hati lagi, diiringi cerahnya pagi ini yang menjadi saksi. Bahwa aku masih kuat dan memilih bertahan. Meski kini semuanya hanya narasi tanpa narator. Tak cukup memang menyuguhkan syarat lengkap. Namun toh pada kenyataannya memang demikian adanya, tanpa jeda dan pengulangan meski keinginan di ubun-ubun.
Tersenyum lagi, lebih lebar. Sejengkal langkah harus mundur dalam titah takdir. Tak usah melawan, karena akan tiba masanya menapakkan lagi, meski dengan tapak yang berbeda. Dan sungguh, tak ada kerisauan dalam tenang ini. Karena niatan hati teryakinkan telah pada posisi yang benar.
Pada riak-riak takdir yang menyentil spirit jiwa. Menggejolaklah asa dalam lingkaran hati. Sebuah keinginan terazamkan, tuk tetap mejadi semakin baik dari hari ke hari, tuk tetap ceria dalam tiap laku, tuk tetap kibarkan senyum sapa di setiap lahan hati yang terjambangi. Agar kiranya menjadi pribadi yang menentramkan, pribadi yang memagnet rasa dalam kebersamaan tanpa mengenal segala bentuk keadaan. Karena sungguh, ingin sekali terkatakan, bahwa engkau nyaman dan aman bersamaku, mari torehkan keceriaan pada setiap takdir yang menggurat.
Tersenyumlah Bimz... hidup ini tak layak ditangisi. Tahukah kenapa? Karena ada cinta taat yang merengkuh cinta nikmat dan cinta manfaat, bukan cinta laknat. Karena engkau adalah sebaik-baik penciptaan. Karena saling menopang dalam kesejatian ukhuwah. Terlebih... karena saling mencintai karenaNya.
Engkau yang berjuluk wanita cantik penuh keanggunan, menawan hatiku di buai pesonamu. Hingga setiap lepas pandang yang melesat adalah detail indah dari sketsa hati dan Membawa rasa ini dalam setiap malam, untuk hati yang kini telah kehilangkan kesucianya seiring hadirnya wujud sempurna bayangmu di setiap angan. Aku yang kini terpedaya rasa mengelola setiap jatah takdir dari galau yang kadang tak beralasan, dari sisa muhasabah yang sering meinggalkan jejak penyesalan. Memungut kepingan – kepingan laku diri yang terhempas di pelataran jiwa. Membingkai secuil asa dari rajutan niat yang sering merenggangkan jejaring yang mengfilter penyakit hati. Membidik rasa dalam kesempatan. YA memang , Aku yang kalah, aku yang kini terperdaya rasa… Aku! yang ternyata tak bisa melesat cepat membawa rasa ini, hingga syetan berhasil hinggap. “Ketika prasasti sering hadir di pelupuk mata Ketika derap langkahya menggetarkan jiwa"
Comments
Post a Comment