Bimz.........Aku tahu bagaimana kamu mencintainya, serupa magis yang sukar untuk dijabarkan. Meretas batas waktu yang selalu kita yakini sebagai 24 jam, melebihi ukuran-ukuran yang sering diagungkan sebagai sesuatu yang pas dengan timbangan.
Aku tahu bagaimana kamu mencintainya, diam tak bersuara namun hatimu selalu tertata dengan doa-doa untuknya. Seperti apa pun kegamanganmu atas ia, aku tahu, kamu tetap mencintainya.Perasaan ini tidak pernah kuharapkan sejatinya, setia dengan waktu yang tak pernah kutahu bentuk takarannya.
Menerka kapan ia berakhir, bahkan hingga membuatku tak ingin menebak lagi. Biar kunikmati saja perjalanan. Sesekali, pernah terpikir atasku untuk menuntutmu bercerita, tentang apa saja, tentang sepi yang mungkin seringkali membuatmu letih dan terkunci. Tentang jarak yang sedianya menciptakan tanda tanya, atau pun tentang kesediaanmu yang selama ini terlipat entah di mana.
Aku menolak, menguak segala dayaku yang terbatas untuk tetap menikmatinya saja, tanpa tanda tanya.Aku tahu bagaimana kamu mencintainya. Cinta yang menghangatkan perasaanmu ketika dingin mulai gigil. Kamu mempertahankannya, tidak hanya dengan secarik prinsip yang kamu tuliskan, namun kamu menjaganya dengan ketulusan yang tak pernah bisa kudefinisikan. Begitulah kamu mencintainya.
Engkau yang berjuluk wanita cantik penuh keanggunan, menawan hatiku di buai pesonamu. Hingga setiap lepas pandang yang melesat adalah detail indah dari sketsa hati dan Membawa rasa ini dalam setiap malam, untuk hati yang kini telah kehilangkan kesucianya seiring hadirnya wujud sempurna bayangmu di setiap angan. Aku yang kini terpedaya rasa mengelola setiap jatah takdir dari galau yang kadang tak beralasan, dari sisa muhasabah yang sering meinggalkan jejak penyesalan. Memungut kepingan – kepingan laku diri yang terhempas di pelataran jiwa. Membingkai secuil asa dari rajutan niat yang sering merenggangkan jejaring yang mengfilter penyakit hati. Membidik rasa dalam kesempatan. YA memang , Aku yang kalah, aku yang kini terperdaya rasa… Aku! yang ternyata tak bisa melesat cepat membawa rasa ini, hingga syetan berhasil hinggap. “Ketika prasasti sering hadir di pelupuk mata Ketika derap langkahya menggetarkan jiwa"
Comments
Post a Comment